Meitha15's Blog

Just another WordPress.com weblog

Perubahan Iklim dan Kesehatan

Meta Seftiany

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Jurusan Ilmu Kelautan

Perubahan Iklim dan Kesehatan ?????

Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Adapun definisi lain temtang perubahan iklim yaitu perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Perubahan iklim terjadi mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan. Perubahan iklim sering dikaitkan dengan fenomena pemanasan global, padahal fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim, karena parameter iklim tidak hanya temperatur saja, melainkan ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angin, maupun radiasi matahari. Perubahan iklim merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dan memberikan dampak dari berbagai segi kehidupan, terutama dalam hal kesehatan manusia.

Isu dampak perubahan iklim (climate change) akhir-akhir ini terus bermunculan di berbagai media massa dan menjadi pembicaraan serius di masyarakat khususnya para pemerhati lingkungan. Bencana kekeringan, banjir, kelaparan, tanah longsor, dan mewabahnya penyakit yang terjadi di beberapa belahan dunia tak terkecuali di Indonesia menjadi tanda-tanda awal perubahan iklim yang harus segera diwaspadai.

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan Manusia

Di Indonesia

Perubahan iklim menjadi tantangan yang sangat serius bagi kita semua terutama bagi masyarakat Indonesia. Dampak perubahan iklim sudah ada didepan mata kita, yaitu munculnya peningkatan suhu global, ketidak pastian musim, kekeringan yang berkepanjangan, permukaan es kutub utara yang semakin menipis dan kebakaran hutan yang terus berlangsung. Perubahan  iklim  yang  ekstrim sangat berhubungan  dengan  kematian dan  kejadian  kesakitan seperti heatstroke, frozenbyte, sun-burn  dan  stres.  Kelembaban  dan kecepatan angin  juga  dapat  meningkatkan  populasi. Memperpanjang  umur  dan  memperluas  penyebaran vektor sehingga  berdampak pada penyebarab  penyakit  menular, seperti  malaria, dengueyellow, dan lever. Perubahan iklim juga menyebabkan banjir, tsunami,  tanah longsor,  sehingga  berdampak  pada kurangnya  persediaan air  bersih,  kebutuhan  sanitasi,  kurang  tersedianya pangan yang  cukup  sehingga berdampak  pada gizi yang buruk. Perubahan  iklim juga  berpengaruh  pada  pencemaran  udara yaitu, naiknya  permukaan air  laut dan  mulai  panasnya permukaan  air  laut,  sehingga berkurangnya  pangan  dari  laut karena  seringnya  badai laut,  rusaknya  siklus  panen akibat  kemarau  yang  panjang. Pembukaan  hutan untuk  pertanian juga berdampak pada  perubahan  iklim  karena  hutan  bisa  menyerap gas  rumah  kaca dan  mengubahnya menjadi  O2.

Berdasarkan penelitian, WHO memperkirakan sekitar 150,000 kematian terjadi di negara berpenghasilan rendah tiap tahunnya, dimana 85 persennya adalah anak-anak, akibat dari perubahan iklim terhadap gagal panen dan malnutrisi, diare, malaria dan banjir. Bahaya kesehatan dari perubahan iklim sangat bervariasi, bersifat global dan sulit untuk di takluki, menurut WHO. Perubahan iklim beragam dari meningkatnya bahaya dari kejadian iklim yang ekstrim, efek dari pemanasan global pada penyakit menular dan naiknya permukaan air laut yang mengakibatkan berkurangnya lahan dan sumber air bersih. WHO menekankan bahwa perbaikan terhadap lingkungan dapat mengurangi beban penyakit secara global, dimana sebagian besarnya disebabkan oleh konsumsi energi, sistim transportasi hingga 25 persen. Polusi udara di luar ruangan telah menyebabkan kematian sebesar 800,000 tiap tahunnya di dunia, kecelakaan lalu lintas sekitar 1,2 juta, ketidakmampuan fisik sebesar 1,9 juta dan polusi di dalam ruangan sekitar 1,5 juta, menurut WHO dalam siaran persnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari 600.000 orang yang tewas akibat cuaca yang ekstrem di tahun 90an, hampir 95 persen adalah penduduk negara miskin dan berkembang. Banyak korban meninggal karena dampak tidak langsung perubahan iklim. Misalnya, akibat  penyakit Malaria yang mewabah. Cuaca tertentu mendukung penyebaran nyamuk yang membawa parasit penyebab Malaria. Saat ini, penyakit tersebut masih ditemukan antara lain di Afrika, Cina, Asia Tenggara dan Amerika Latin. Guna menekan dampak perubahan iklim terhadap kesehatan, WHO merekomendasikan anggotanya untuk menyusun strategi adaptasi terpadu yang antara lain meliputi peningkatan kapasitas surveilans, penguatan infrastruktur kesehatan, penguatan sistem kesehatan masyarakat serta pembuatan sistem peringatan dini yang dapat mendukung respon cepat terhadap masalah kesehatan.

Publikasi yang dirilis oleh WHO terkait dengan peringatan Hari Kesehatan Dunia 2008 menyebutkan, terdapat perbedaan antara perubahan iklim pada masa lampau dengan yang terjadi dewasa ini. Jika perubahan yang terjadi pada masa lampau berlangsung secara alamiah, yang terjadi akhir-akhir ini lebih banyak disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.

Perubahan iklim itu memang mulai terasa. Pertama, naiknya suhu udara sebesar 0,3 derajat celcius sejak tahun 1990 dan naik lagi ke angka tertinggi tahun 1998 yaitu di atas 1 derajat Celcius di atas suhu rata-rata tahun 1961-1990. Kerugian kedua yakni naiknya permukaan air laut. IPCC mencatat telah terjadi kenaikan muka air laut 1-2 meter dalam 100 tahun terakhir dan tahun 2030 permukaan air laut akan bertambah 8-29 cm dari saat ini. Akibat dari hal itu bisa sungguh fatal di mana diperkirakan Indonesia akan kehilangan 2.000 pulau, mundurnya garis pantai yang mengakibatkan luas wilayah Indonesia akan berkurang. Kenaikan muka air laut tidak hanya mengancam pesisir pantai tetapi juga di kawasan perkotaan. Diperkirakan, jika tidak ada tindakan nyata maka tahun 2070, 50 persen dari 2,3 juta penduduk Jakarta Utara tidak lagi memiliki air minum akibat memburuknya kualitas air tanah karena instrusi air laut.

Di Negara Lain

Tidak hanya di negara Indonesia dampak perubahan iklim pun dapat dirasakan juga di negara – negara lain, misalnya saja pada tahun 2003 kawasan Eropa mengalami musim panas yang sangat ekstrem. Dan antara bulan Mei sampai Augustus, suhu udara mencapai rekor 40 derajat Celcius lebih dan di sebagian kota besar Eropa, aspal trotoar sampai mencair, Permukaan air danau dan sungai turun sangat drastis. Setiap hari, media melaporkan kasus kematian karena cuaca yang terlalu panas, di Jerman saja, 7.000 orang diduga tewas karena fenomena cuaca ini dan di seluruh Eropa, jumlah korban tewas akibat cuaca di musim panas tahun 2003 adalah 55.000 orang. Sebagian besar di antaranya warga usia lanjut. Mereka mengalami stroke atau gangguan pada pernafasan. Di kota-kota besar, suhu tinggi menyebabkan udara panas terperangkap dan mengikat zat-zat beracun. Tingkat polusi udara pun naik jauh di atas rata-rata. Profesor Gerd Jendritzky menuturkan musim panas 2003 hanya merupakan satu contoh dampak langsung perubahan iklim pada kesehatan manusia. Contoh lainnya adalah naiknya permukaan air laut dan badai tropis yang mengancam hidup manusia. Selain dampak langsung, pemanasan global juga berdampak tidak langsung pada manusia. Akibat kemarau panjang terjadi kelangkaan air dan pangan. Dampak susulannya adalah peningkatan penyakit infeksi yang tersebar melalui bahan pangan, air dan juga perantara lainnya seperti serangga. Menurut Profesor Gerd Jendritzky, dampak perubahan iklim akan dirasakan di seluruh kawasan dunia. Hanya saja, bentuknya berbeda-beda. Kenaikkan suhu udara rata-rata misalnya lebih dirasakan di kawasan dekat kutub. Kawasan tropis dan subtropis, yaitu daerah dekat Khatulistiwa, mengalami peningkatan kelembaban udara.

Akan tetapi semua peristiwa itu bukan semata – mata diakibatkan oleh fenomena perubahan iklim, tetapi kita juga ikut berperan didalamnya. Maka dari itu demi  kesehatan  kita,  mari  kita  hijaukan lingkungan  kita  dengan  pepohonan,  hentikan  pembakaran hutan,  hindari  gigitan  nyamuk dan berantas  sarangnya.

Sumber :

www.dw-world.de/dw/article/0,,3511896,00.html

www.unic-jakarta.org/Bahaya%20kesehatan%20menuntut%20tindakan%20lebih

http://www.kapanlagi.comBERITAPernik

www.kabarindonesia.com/perubahan iklim berpengaruh pada kesehatan….

iklim.dirgantara-lapan.or.id/

www.elitha-eri.net/…./malaria masih mengancam….

www.suarapembaruan.com/…/Sorotan/sorot01.htm

Desember 27, 2009 Posted by | Uncategorized | 22 Komentar

Daftar Istilah Ekologi Laut Tropis

oleh :

Meta Seftiany ( 230210080017)

Mellanie Amelia Dasty (230210080052)

ILMU KELAUTAN – UNPAD


Adaptasi : Penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungannya

Arecaceae : Jenis mangrove yang berupa nypa, palem rawa, dll

Atmospheric Input : Atmosfer yang masuk ke alam/ke sebuah ekosisitem

Autotrophic : Organisme yang mampu mensistesis makanannya sendiri yang berupa bahan organik dari bahan-bahan anorganik sederhana dengan bantuan sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil)

Avicenniaceae : Jenis mangrove yang berupa api-api, black mangrove dll

Biocoenosis : Komponen biotik

Biological Nitrogen Fixation : Fixsasi yang dilakukan karena didalam ekosistem itu miskin nutrien, sumber fixsasi ini dapat berasal dari bakteri

Biosfer : Bagian bumi yang dapat menunjang kehidupan

Combretaceae : Jenis mangrove yang berupa teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll

Dekomposer : Pengurai, biasanya berupa detritus

Dekomposisi : Penguraian bahan anorganik

Delta : Endapan di muara sungai yang terletak di lautan terbuka, pantai, atau danau,sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat memasuki laut

Derah Pesisir : Wilayah peralihan antara laut dan daratan, kearah darat mencakup daerah yang mash terkena pengaruh percikan air laut/pasang, dan kearah laut mencakup daerah paparan benua

Detrivor : Pemakan detritus

Ekologi : Disiplin ilmu yang mempelajari tentang Ekosistem

Ekosistem : Suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya

Ekosistem Air Tawar : Ekosistem Akuatik dengan perairan air tawar misalnya kolam, danau, sungai, dan lainnya

Ekosistem Akuatik : Ekosistem yang wilayahnya berupa perairan

Ekosistem Alam : Ekosistem yang proses terjadinya memang merupakan aktivitas alam, tanpa bantuan manusia misalnya ekosistem laut, sungai, hutan alam, danau alam, dan lainnya

Ekosistem Anthropogen : Ekosistem daratan yang merupkan ekosistem buatan misalnya sawah, kebun, dan lainnya

Ekosistem Buatan : Ekosistem yang proses membutuhkan bantuan manusia misalnya sawah, kebun, hutan tanaman, tambak, bendungan

Ekosistem Gurun : Ekosistem alam yang daerahnya berupa gurun

Ekosistem Hutan : Ekosistem alam yang daerahnya berupa hutan

Ekosistem Lautan : Ekosistem Akuatik dengan perairan air asin

Ekosistem Padang Rumput : Ekosistem alam yang daerahnya berupa padang rumput

Ekosistem Terestrial : Ekosistem yang wilayahnya berupa daratan

Ekowisata :bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata

Faktor Pembatas :Unsur-unsur seperti cahaya, suhu, dan nutrien dalam jumlah minimumatau maksimum, yang nantinya akan mempengaruhi proses kehidupan dan kegiatan makhluk hidup

Feeding Ground : Tempat mencari makan

Fitoplankton : Plankton yang berupa tumbuh-tumbuhan

Formasi Geologik : Sebuah zonasi misalnya zonasi pada pegunungan, lereng pegunungan yang curam, lembah sungai

Fosfat : Senyawa alam yang mempunyai dua bentuk yakni senyawa fosfat Organik (pada tumbuhan) dan senyawa fosfat Anorganik (air dan tanah)

Fotosintesis : Proses reduksi CO2 dgan bantuan energi sinar matahari, yang hasl utamanya berupa karbohidrat (C6H12O6) dan hasil sampingan berupa air (H2O) dan oksigen O2

Gaseous Losses : Pembuangan berupa gas

Gas Rumah kaca : gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.

Habitat : Tempat tinggal makhluk hidup

Heterotropic : Organisme yang mampu menyusun kembali dan menguraikan bahan-bahan organik kompleks yang telah mati ke dalam senyawa anorganik sederhana

Hukum Toleransi Shelford : Hukum yang menyatakan faktor-faktor lingkungan penting yang menjadi faktor pembatas minimum dan faktor pembatas maksimum

Iklim : Keadaan rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang,

Immigration : Imigrasi, suatu tempat yang didatangi oleh organisme dari suatu tempat lain

Komponen Abiotik : Komponen yang terdiri dari benda tak hidup misalnya air, gas, dan tanah

Komponen Biotik : Komponen yang terdiri dari benda hidup misalnya bakteri, plankton, benthos, dan ikan

Komunitas : Kumpulan makhluk hidup (populasi) di suatu tempat

Konsumen : Pemakan, Pemakai

Lamun : Tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut

Laut Kutub : Laut yang mempunyai masa produktifitasnya sangat pendek, dikarenakan intensitas cahaya matahari didaerah ini sangat kurang

Laut Subtropis : Wilayah laut yang mendapatkan intensitas sinar matahari bervariasi menurut musim (dingin, semi, panas dan gugur)

Laut Tropis : Wilayah laut yang menadapatkan sinar matahari terus menerus sepanjang tahun, hanya ada dua musim, hujan dan kemarau

Limbah Domestik : Limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lythraceae : Jenis mangrove yang berupa sonneratia

Mangrove : Suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang mempunyai toleransi terhadap kadar garam (salinity) air laut

Nitrifikasi : Proses perubahan nitrit menjai nitrat oleh bakteri

Nursery Ground : Daerah Asuhan

Nutrien : Zat hara

Plankton                                    : Organisme yang hidup di bagian pelagik, mengapung, menghanyut/berenang sangat lemah dan tidak dapat melawan arus, dan terdiri dari Fitoplankton dan Zooplankton

Populasi : Kumpulan organisme sejenis yang menempati daerah yang sama

Predator : Hewan pemakan

Produktifitas Primer : Laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dan senyawa anorganik

Relung/Niche : Sebuah konsep yang dikembangkan oleh Charles Elton (1927), yang berarti ruang/tempat yang ditinggali organisme, juga peranannya dalam komunitas, dan posisinya pada gradient lingkungan: temperatur, kelembaban, pH, tanah dan kondisi lain

Rhizophoraceae : Jenis mangrove yang berupa bakau, red mangrove, dll

Senyawa Fosfat Anorganik : Senyawa fosfat yang terdapat pada air dan tanah

Senyawa Fosfat Organik : Senyawa Fosfat yang terdapat pada tumbuhan dan hewan

Siklus Biogeokimia : Siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik, tujuannya mengembalikan unsur atau senyawa yang telah terpakai sehingga dapat dipakai kembali, dan begitu seterusnya.

Siklus Fosfor : Siklus biogeokimia dimana fosfor dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi

Siklus Karbon : Siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi

Siklus Nitrogen : Siklus biogeokimia dimana Nitrogen dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi

Spawning Ground : Daerah Pemijahan

Suksesi Primer : Organisme mulai menempati wilayah baru yang belum ada kehidupan contohnya delta

Suksesi Sekunder : Terjadi setelah komunitas yang ada menderita gangguan yang besar sebagai contoh sebuah komunitas klimaks (stabil) hancur karena terjadinya kebakaran hutan

Terumbu Karang : Bangunan dari kapur yang dibentuk oleh hewan karang

Topografi : Studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya) dan asteroid

Trophic Level : (Tingkatan trofik) Tingkatan makan-memakan pada suatu ekosistem

Weathering : Pelapukan

Zooplakton : Plankton yang berupa hewan

April 14, 2010 Posted by | Uncategorized | 1 Komentar

Analisis Kondisi Ekosistem Mangrove di Indramayu, Jawa barat

OLEH :

Meta Seftiany ( 230210080017 )

Mellanie Amelia ( 230210080052 )

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Pegram Study Kelautan ( UNPAD )

Kabupaten Indramayu terletak pada 107o52’-108o36’ BT dan 6o15’-6o40’ LS. Sedangkan berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanah 0-2%. Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa, dengan panjang garis pantai 114,1 Km terdiri dari :

Panjang pantai berpasir : 64,68 Km

Panjang pantai berlumpur : 44,91 Km dengan kedalaman

lumpur bervariasi antara 10-70 cm

Lebar muara : 4,51 Km

Sedangkan Luas Hutan Rakyat 15.553.28 Ha, Hutan Mangrove diluar kawasan hutan lindung seluas 4.370 Ha, Perkebunan Rakyat 8.808.71 Ha, PT. RNI 6.357.20 Ha.

Sebaran hutan mangrove di indramayu

Hutan mangrove di indramayu terbagi menjadi 2 (dua) yaitu hutan mangrove di dalam kawasan hutan (hutan lindung) yang tersebar di 10 Desa yaitu Desa Parean Girang Kecamatan Kandanghaur, Desa Cemara Kecamatan Losarang, Desa Cangkring dan Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi, Desa babadan Kecamatan Sindang dan Desa Karanganyar, Pasekan, Pagirikan, Totoran dan Pabeab Ilir Kecamatan Pasekan, sedangkan hutan Mangrove di luar kawasan hutan tersebar di 22 Desa diantaranya yaitu Ujung Gebang Kecamatan Sukra, Desa ilir, Bulak dan Parean Girang Kecamatan Kandanghaur, Desa Cemara Kecamatan Losarang, Desa Cangkring dan Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi, Desa Brondong, Karanganyar, Totoran dan Pabeab Ilir Kecamatan Pasekan, Desa Pabean Udik, Karangsong dan Singaraja Kecamatan Indramayu, Desa Benda Kecamatan Karangampel, Desa Juntinyuat Kecamatan Juntinyuat, Desa Tanjakan, Kalianyar, Luwung Gesik, Krangkeng dan Singakerta Kecamatan Krangkeng.

Rantai makanan ekosistem mangrove :

Rantai makanan terbagi 3 yaitu rantai pemangsa, rantai parasit dan rantai saprofit.

Rantai Pemangsa Rantai pemangsa adalah landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivore sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivore sebagai konsumen ke 2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.

2. Rantai Parasit Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh cacing, bakteri dan benalu.

3. Rantai Saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai.Misalnya jamur dan bakteri.

Rantai tersebut tidak berdiri sendiri akan tetapi saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan. Sedangkan secara umum di perairan, terdapat 2 tipe rantai makanan:

1. Rantai Makanan Langsung. Rantai makanan langsung adalah peristiwa makan memakan mulai dari tingkatan trofik terendah yaitu fitoplankton sampai ke tingkatan trofik tertinggi yaitu ikan karnivora berukuran besar, mamalia, burung dan reptil . Hal ini dapat dilihat pada ilustrasi berikut :

Gambar 1. Diagram ilustrasi penyebaran fauna di habitat ekosistem mangrove

Spesies yang terdapat dalam ekosistem mangrove, utamanya konsumer trofik tertinggi, kebanyakan adalah ikan pengunjung pada periode tertentu atau musim tertentu beberapa jenis ikan komersial mempunyai kaitan dengan mangrove seperti bandeng dan belanak. ikan yang terdapat dalam ekosistem mangrove pada 4 (empat) tipe ikan, yaitu :

a. Ikan penetap sejati, yaitu ikan yang seluruh siklus hidupnya dijalankan di daerah hutan mangrove seperti ikan Gelodok (Periopthalmus sp).

b. Ikan penetap sementara, yaitu ikan yang berasosiasi dengan hutan mangrove selama periode anakan, tetapi pada saat dewasa cenderung menggerombol di sepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan mangrove, seperti ikan belanak (Mugilidae), ikan Kuweh (Carangidae), dan ikan Kapasan, Lontong (Gerreidae).

c. Ikan pengunjung pada periode pasang, yaitu ikan yang berkunjung ke hutan mangrove pada saat air pasang untuk mencari makan, contohnya ikan Kekemek, Gelama, Krot (Scianidae), ikan Barakuda / Alu-alu, Tancak (Sphyraenidae), dan ikan-ikan dari familia Exocietidae serta Carangidae.

d. Ikan pengunjung musiman. Ikan-ikan yang termasuk dalam kelompok ini menggunakan hutan mangrove sebagai tempat asuhan atau untuk memijah serta tempat perlindungan musiman dari predator.

Produsen  : mangrove

Konsumen I : protozoa

Konsumen II: ikan kecil,udang,ikan besar,lobster

Konsumen III : manusia,burung bangau

2. Rantai Makanan Detritus. Pada ekosistem mangrove, rantai makanan yang terjadi adalah rantai makanan detritus. Sumber utama detritus adalah hasil penguraian guguran daun mangrove yang jatuh ke perairan oleh bakteri dan fungi.

Hubungan Saling Bergantung antara Berbagai Komponen (Rantai Makanan)

Rantai makanan detritus dimulai dari proses penghancuran luruhan dan ranting mangrove oleh bakteri dan fungi (detritivor) menghasilkan detritus. Hancuran bahan organik (detritus) ini kemudian menjadi bahan makanan penting (nutrien) bagi cacing, crustacea, moluska,bakteri dan fungi tadi dimakan oleh sebagian protozoa dan avertebrata. Kemudian protozoa dan avertebrata dimakan oleh karnivor sedang, yang selanjutnya dimakan oleh karnivor tingkat tinggi.


Transformasi energi

Transformasi Energi Karena terjadi proses makan memakan, maka di dalam rantai makanan juga terjadi pengalihan energi, yang berasal dari satu organisme yang dimakan, ke organisme pemakan. Sumber asal energi dalam rantai makanan adalah matahari. Kimball (1987) menyatakan tumbuhan hijau menghasilkan molekul bahan bakar lewat proses fotosintesis hanya dengan menangkap energi matahari untuk sintesis molekul-molekul organik kaya energi dari prekursor H2O dan CO2.dan udara. Proses fotosintesis CO2 + H2O ———-> (CH2O) + O2 Di dalam ekosistem mangrove yang juga termasuk kategori tumbuhan adalah tanaman mangrove itu sendiri dan fitoplankton. Selanjutnya secara berantai tumbuhan itu dimakan oleh organisme tingkatan trofik yang lebih tinggi, yang secara tidak langsung terjadi poses pengalihan energi didalamnya.

Alur materi ekosistem mangrove

mangrove memperoleh makanan atau unsur hara(materi anorganik) berupa anorganik di dalam tanah kemudian tumbuh dan daun nya berguguran kemudian diuraikankan oleh detritus(materi organik) berupa bakteri dan fungi kemudian dimakan oleh ikan kecil,ikan besar dan oleh manusia.

Materi anorganik berupa unsur hara yang terdiri dari kandungan nitrogen,fosfor,dll. Materi organik seperti fungi,bakteri,ikan,udang dan fauna lain nya yang hidup di mangrove.

Beberapa masalah yang timbul di wilayah ekosistem mangrove di indramayu :

  1. Hutan mangrove di Indramayu dijadikan tambak, terutama tambak udang windu. Dan pohon mangrove dianggap sebagai penghalang sehingga ditebangi. Penebangan itu selain menyisakan kegundulan pesisir pantai juga menyingkirkan habitat satwa yang berlindung dalam hutan mangrove tersebut.
  2. Pencurian kayu, serta kebocoran minyak mentah dari tanker milik Pertamina yang mencemari laut Indramayu telah mengikis luas tanaman mangrove yang sudah ada.
  3. Perilaku nelayan pinggiran yang melakukan penangkapan ikan dengan jaring seret terkadang mencabut mangrove-mangrove yang masih muda.

Permasalahan 1.

penabangan hutan mangrove

Akibat penabangan hutan mangrove dan lahan mangrove dijadikan tambak oleh masyarakat sehingga rantai makanan dari ekosistem mangrove pun berubah yang semula detritus memakan daun-daun yang berguguran,sekarang mati dan ikan-ikan memperoleh pakan bukan secara alami.bisa melalui orang-orang yang membuat tambak

tersebut.

sehingga rantai makanan nya akan menjadi:

detritus(semakin berkurang) à

ikan kecil àikan besar(tambak)àpanen

pakan ekternal dari manusia à

alur materi juga akan berubah pada kondisi mangrove ditebang dan dijadikan tambak.karena produsen utama telah habis sehingga daur materi nya akan berubah.

Ikan akan memperoleh makanan dari bakteri atau fungi yang ada,dan perlahan fungi dan bakteri akan berkurang karena daun dari mangrove tidak ada yang berguguran lagi.

Permasalahan 2.

Pencurian kayu, serta kebocoran minyak mentah dari tanker milik Pertamina yang mencemari laut Indramayu telah mengikis luas tanaman mangrove yang sudah ada.keadaan ini menyebabkan rantai makanan pada ekosistem mangrove pun akan terganggu,karena ikan-ikan akan punah oleh zat-zat kimia yang berbahaya akibat minyak mentah tersebut.

Akibat kebocoran ini juga,zat-zat kimia yang terdapat pada mintak mentah dalam jangka panjang akan mengendap. mangrove akan mengambil zat-zat kimia tersebut dan akan memnyebabkan kematian.

Permasalahan 3

Perilaku nelayan pinggiran yang melakukan penangkapan ikan dengan jaring seret terkadang mencabut mangrove-mangrove yang masih muda,karena mendahulukan kepentingan pribadi sehingga mangrove yang baru tumbuh menjadi mati kembali karena terseret jaring.sehingga rantai makanan ekosistem,materi dan energi ekosistem mangrove dalam jangka waktu tertentu akan mengalami kepunahan.

Beberapa Jenis mangrove yang hidup di indramayu :

Beberapa jenis fauna yang hidup di mangrove indramayu :

Sumber :

http://hutbunindramayu.blogspot.com/2009/12/persiapan-kabupaten-indramayu-dalam.html

http:// katalog.pdii.lipi.go.id

http://www.scribd.com/doc/21375964/Rantai-Makanan-Mangrove

http://novrizalchandra.multiply.com/journal/item/5

http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau

http://fpik.unpad.ac.id/archives/515

http://iklanbarisgratis.info/search/sekilas+tentang+mangrove

http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/4614

Maret 31, 2010 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Desember 15, 2009 Posted by | Uncategorized | 2 Komentar